POLIGAMI.....
(Surga yang tak dirindui (???))
Tadi pagi seorang kawan yang telah lama ‘menghilang’
mengirim pekabaran.
Seperti biasa, setelah kepantasan menanyakan kabar,
pembicaraan mulai mengarah pada hal serius.
Satu pertanyaan yang membuat tercengang, ketika ia sampaikan :
‘Apa jawabanmu ketika suami minta izin poligami?’
Berkali kali pesan itu aku baca.
Mencoba memahami, mengerti dan merasai.
Siapapun yang mendapati pertanyaan itu
Pasti tersentak, tersedak, terantuk, dan terpana.
Syaraf syaraf seperti berhenti bekerja.
Semua terasa melayang kosong…. hampa,
atau bahkan justru seperti menyandang beban yang maha.
…………..
Sekian peristiwa melintas,
Saat dai kondang picu geger gegara menikah lagi
yang akhirnya menuai polemik dan sensasi.
Ribuan jamaahnya (yang mayoritas ibu ibu) kecewa.
Lelaki yang awalnya dianggap tuntunan itu menguak luka keistrian.
Lalu sang dai ditinggalkan (sementara).
Legalah para Bapak, kembali menemukan istrinya,
yang selama itu dibuai khayalan tentang suami idaman.
yang membanting kesadaran,
bahwa kebanggaan paling sempurna
adalah membanggai suami sendiri
bukan lelaki ilusi yang ditampilkan TV.
…………………….
Ada juga peristiwa
Saat dai muda lain, memajang mesra foto dengan dua isterinya.
Memang ‘Terlihat’ bahagia.
Sang dai kenakan jam tangan mahal,
Si isteri cantik modis menggandengi tangan suami.
Pakaian mereka meski tampak sederhana
tapi tak bisa di bilang murah harga.
Bersih, rapi… ‘sempurna’ gambarnya.
Naaahhh…
Seperti inikah ‘surga’ poligami???
……………
Poligami memang kontroversi.
Bukan diaturannya, tapi lebih pada pola tafsirnya.
Silakan lakukan
Silakan tindakki
Silakan lampaui
Silakan ikuti
Tapi syarat kelengkapan, patuhi!!
………………
Ini tak sekadar pemenuhan hasrat
Apalagi kemudian diperalat untuk menjerat
Atas iming iming surga bagi istri
Yang sekian tahun menemani
Dengan segenap hati.
……………
Surga bagi istri itu, sederhana
Saat suami ramah kata
Saat suami memeluk penuh rasa
Saat suami paham pengorbanan
Saat suami siapkan sandaran
Atas segala lelah, resah, pun gundah
Itulah kesungguhan sebuah surga.
………………
Bila memang mampu
Memberi damai,tanpa tikai
Adil dalam kesegalaan
Cukup dalam kebendaan
Mampu dalam memuaskan
Silakan !!!
………………..
Tapi ketika bersandar pada kegoisan
Mencari aman dengan cadar keagamaan
Inilah awal menggali kuburan.
……………….
Lalu terlintas wajah adem kyai sepuh Rembang
Dengan tatapan adhemnya,
Dengan senyum damainya.
Wajahnya tampan bersinar.
Tutur katanya lembut menghanyutkan.
Laku hidupnya mapan dikesegalaan.
Tapi beliu tetap memilih satu keistrian.
………………..
Barangkali adil memang tak sependek huruf pembentuknya
Sebab dalam poligami adil adalah kewajiban
Tanpa yang demikian, ia akan dekat dengan ‘penganiayaan’
Maka kepada sahabatku itu
kutuliskan salah satu nasihat Lux Xun
‘everything requires carefull considerations if one is to understand it’
mengirim pekabaran.
Seperti biasa, setelah kepantasan menanyakan kabar,
pembicaraan mulai mengarah pada hal serius.
Satu pertanyaan yang membuat tercengang, ketika ia sampaikan :
‘Apa jawabanmu ketika suami minta izin poligami?’
Berkali kali pesan itu aku baca.
Mencoba memahami, mengerti dan merasai.
Siapapun yang mendapati pertanyaan itu
Pasti tersentak, tersedak, terantuk, dan terpana.
Syaraf syaraf seperti berhenti bekerja.
Semua terasa melayang kosong…. hampa,
atau bahkan justru seperti menyandang beban yang maha.
…………..
Sekian peristiwa melintas,
Saat dai kondang picu geger gegara menikah lagi
yang akhirnya menuai polemik dan sensasi.
Ribuan jamaahnya (yang mayoritas ibu ibu) kecewa.
Lelaki yang awalnya dianggap tuntunan itu menguak luka keistrian.
Lalu sang dai ditinggalkan (sementara).
Legalah para Bapak, kembali menemukan istrinya,
yang selama itu dibuai khayalan tentang suami idaman.
yang membanting kesadaran,
bahwa kebanggaan paling sempurna
adalah membanggai suami sendiri
bukan lelaki ilusi yang ditampilkan TV.
…………………….
Ada juga peristiwa
Saat dai muda lain, memajang mesra foto dengan dua isterinya.
Memang ‘Terlihat’ bahagia.
Sang dai kenakan jam tangan mahal,
Si isteri cantik modis menggandengi tangan suami.
Pakaian mereka meski tampak sederhana
tapi tak bisa di bilang murah harga.
Bersih, rapi… ‘sempurna’ gambarnya.
Naaahhh…
Seperti inikah ‘surga’ poligami???
……………
Poligami memang kontroversi.
Bukan diaturannya, tapi lebih pada pola tafsirnya.
Silakan lakukan
Silakan tindakki
Silakan lampaui
Silakan ikuti
Tapi syarat kelengkapan, patuhi!!
………………
Ini tak sekadar pemenuhan hasrat
Apalagi kemudian diperalat untuk menjerat
Atas iming iming surga bagi istri
Yang sekian tahun menemani
Dengan segenap hati.
……………
Surga bagi istri itu, sederhana
Saat suami ramah kata
Saat suami memeluk penuh rasa
Saat suami paham pengorbanan
Saat suami siapkan sandaran
Atas segala lelah, resah, pun gundah
Itulah kesungguhan sebuah surga.
………………
Bila memang mampu
Memberi damai,tanpa tikai
Adil dalam kesegalaan
Cukup dalam kebendaan
Mampu dalam memuaskan
Silakan !!!
………………..
Tapi ketika bersandar pada kegoisan
Mencari aman dengan cadar keagamaan
Inilah awal menggali kuburan.
……………….
Lalu terlintas wajah adem kyai sepuh Rembang
Dengan tatapan adhemnya,
Dengan senyum damainya.
Wajahnya tampan bersinar.
Tutur katanya lembut menghanyutkan.
Laku hidupnya mapan dikesegalaan.
Tapi beliu tetap memilih satu keistrian.
………………..
Barangkali adil memang tak sependek huruf pembentuknya
Sebab dalam poligami adil adalah kewajiban
Tanpa yang demikian, ia akan dekat dengan ‘penganiayaan’
Maka kepada sahabatku itu
kutuliskan salah satu nasihat Lux Xun
‘everything requires carefull considerations if one is to understand it’
Sesungguhnya…
Nikmat mana lagi yang didustakan
Ketika lalui hidup dengan satu pasangan
Dalam Kesetiaan yang indah lagi membanggakan.
Nikmat mana lagi yang didustakan
Ketika lalui hidup dengan satu pasangan
Dalam Kesetiaan yang indah lagi membanggakan.
Selamat siang para suami setia…